| Program PERMATA berhasil mengangkat kesejahteraan masyarakat Desa Pengabuan melalui inovasi pertanian, pengelolaan limbah, dan pemberdayaan ekonomi berbasis komunitas. |
PALI, 7 November 2025, Lentera Sumatera -- Di tengah bentang lahan gambut yang luas dan tantangan iklim yang tak menentu, masyarakat Desa Pengabuan selama bertahun-tahun hidup dalam bayang-bayang kemiskinan dan keterbatasan. Namun, harapan mulai tumbuh melalui Program Pertanian Mandiri untuk Desa Tangguh (PERMATA) yang digagas PT Pertamina EP (PEP) Adera Field bersama Pertamina Hulu Rokan (PHR) Regional 1 Zona 4.
Latar belakang pelaksanaan program ini sangat mendesak, karena sebanyak 35,21% dari 1.366 kepala keluarga di Desa Pengabuan hidup dalam kemiskinan. Pendapatan harian petani dan buruh tani berkisar antara Rp 45.000 hingga Rp 70.000, sementara hampir separuh penduduk hanya berpendidikan Sekolah Dasar.
Cuaca ekstrem memperparah hasil panen, dan limbah jerami yang melimpah belum dimanfaatkan secara optimal. Meski demikian, desa ini memiliki potensi besar berupa sumber daya alam, keterampilan dasar dalam pengolahan padi dan herbal, serta semangat sosial yang kuat.
Program PERMATA dirancang dengan pendekatan perencanaan partisipatif berbasis aspirasi masyarakat dan metode Logical Framework Analysis. Fokus utama program mencakup pengembangan pertanian padi yang adaptif terhadap perubahan iklim, termasuk pengembangan varietas padi tahan iklim seperti Mentik Susu dan Ngaos. Limbah jerami yang sebelumnya dibakar sia-sia kini diolah menjadi briket sebagai sumber energi alternatif untuk rumah pengering (Dry House), pupuk organik, dan Mikro Organisme Lokal (MOL). Masyarakat juga mulai mengelola sampah organik secara mandiri.
“Tidak semata program CSR, PERMATA kini menjadi Gerakan pemberdayaan yang menyentuh akar persoalan melalui pengetahun, inovasi, dan kelembagaan,” ungkap Manager CID PHR Regional 1 Sumatra Iwan Ridwan Faizal.
Diversifikasi produk menjadi bagian penting dari program ini. Kelompok Wanita Tani Selaras Alam, yang dipimpin oleh Herawati, mengembangkan budidaya tanaman obat keluarga (TOGA) seperti jahe, temulawak, kunyit, dan kencur. Produk-produk ini diolah dan dipasarkan dengan legalitas NIB, PIRT, dan sertifikasi halal. Pemanfaatan energi alternatif melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) juga menjadi terobosan penting dalam mendukung efisiensi dan keberlanjutan.
Senada dengan Herawati, salah satu anggota kelompok tani juga merasakan manfaat nyata dari program PERMATA dalam aktivitas kesehariannya sebagai petani padi. “Dulu kami hanya menanam, sekarang kami juga mengolah, menjual, dan mengelola. Kami belajar menjadi desa yang Tangguh,” ungkap Sarbini.
Salah satu dampak nyata dari program ini terlihat pada efisiensi pengeringan hasil panen. Jika sebelumnya proses pengeringan secara tradisional memakan waktu 9 hingga 12 hari, kini dengan penggunaan Dry House berbasis briket jerami, waktu pengeringan hanya memerlukan 1 hingga 2 jam. Suhu pengeringan pun stabil di kisaran 50º–60ºC, kadar air tanaman dapat dikontrol hingga mencapai standar 10%, dan hasil panen meningkat signifikan dari Rp 400.000–Rp 500.000 menjadi Rp 3.456.874 per bulan.
Dampak sosial dan ekonomi dari program ini sangat terasa. Pendapatan gabungan dari KWT Selaras Alam dan Kelompok Tani Barokah mencapai Rp 20,4 juta per bulan. Sebanyak 44 anggota mengalami peningkatan pendapatan, 12 orang berhasil keluar dari kemiskinan, dan 36 produk lokal telah memiliki legalitas dan layak jual. Volume penjualan produk herbal meningkat hingga 35% setelah mengikuti berbagai pelatihan dan kerja sama dengan UMKM lokal. Dari sisi lingkungan, pengelolaan limbah jerami dan pemanfaatan PLTS berhasil mengurangi emisi karbon setara 12,15 ton CO₂e per tahun.
Keberlanjutan program menjadi perhatian utama. Strategi yang diterapkan mencakup pelatihan teknis dan manajemen usaha, penguatan akses pasar berbasis Creating Shared Value (CSV), pembentukan kelembagaan lokal seperti KWT Selaras Alam dan Kelompok Tani Barokah, serta pengurangan intensitas pendampingan secara bertahap hingga penyerahan penuh kepada masyarakat dengan dukungan pemerintah. Total investasi program dari tahun 2022 hingga 2024 mencapai Rp 796.215.500, sementara nilai manfaatnya mencapai Rp 1.382.523.956. Analisis finansial menunjukkan hasil positif dengan Social Return on Investment (SRoI) sebesar 1,69 dan Payback Period selama 24,8 bulan.
Program PERMATA melibatkan tujuh pemangku kepentingan utama secara aktif, termasuk Pemerintah Desa Pengabuan, Pertamina EP Adera Field, Dinas Pertanian Kabupaten PALI, Dinas Koperasi, LSM Carios, Kelompok Selaras Alam, dan Kelompok Tani Barokah. Pelaporan dilakukan secara triwulanan dan tahunan, terintegrasi dalam Dokumen PROPER, serta didukung oleh Dashboard Monitoring & Evaluation (Monev).
Field Manager Adera, Adam S. Nasution, menyampaikan bahwa program ini berjalan sangat baik dan berharap ke depan dapat meningkatkan koordinasi serta memperluas efek pemasaran agar produk desa bisa menjangkau lebih banyak saluran penjualan. Ia juga menekankan pentingnya pendampingan dari hulu ke hilir, mulai dari penyuburan tanah hingga pemasaran produk, dengan melibatkan akademisi dari Politeknik Universitas Sriwijaya dan stakeholder lokal seperti kepala desa. Program PERMATA telah meraih tujuh penghargaan nasional, namun yang lebih penting adalah perubahan cara pandang masyarakat terhadap masa depan mereka.
Program PERMATA berhasil mengangkat kesejahteraan masyarakat Desa Pengabuan melalui inovasi pertanian, pengelolaan limbah, dan pemberdayaan ekonomi berbasis komunitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar